Sambut HUT GPM Ke-86, Klasis Pulau Ambon Luncurkan Dua Buku Refleksi Jemaat
Ambon,Cahayalensa.com,- Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja Protestan Maluku (GPM) Ke-86, Klasis Pulau Ambon luncurkan dua buku refleksi umat ditengah Pandemi Covid-19.
Buku yang diluncurkan yaitu Buku “Mozaik Geliat Umat di Masa
Pandemi” yang menjelaskan terkait dengan pengalaman dan refleksi Jemaat GPM Klasis
Pulau Ambon dimasa pandemic Covid-19 dan buku “Remaja dan Covid-19” yang merupakan
kumpulan tulisan/esai Remaja Sektor Karmel, Jemaat GPM Bethesda terkait keadaan remaja dimasa pandemic Covid-19.
Peluncuran buku ini dirangkai dalam kegiatan Bincang Buku
GPM Klasis Pulau Ambon yang berlangsung di Gedung Gereja Bethesda Air Salobar,
Minggu (05/09), dengan menghadirkan Akademisi Universitas Kristen Indonesia
Maluku (UKIM) Pdt. Dr. John Ruhulessin, M.Si sebagai pembedah buku.
Ketua Klasis Pulau Ambon, Pdt. Ricardo Rikumahu, M.Th dalam
pengantar mendahului kegiatan itu menyampaikan, buku yang dihasilkan oleh Remaja
dan Balitbang di Klasis Pulau Ambon itu merupakan upaya untuk menemukan respons
jemaat-jemaat atas kehidupan iman kritiani pada saat pandemic Covid-19. Sekaligus
memperbiasakan jemaat untuk mendokumentasikan hasil karya jemaat yang dapat
berguna bagi banyak orang.
“Respons ini penting sebab disitulah kita menemukan
bagaimana teologi itu bertumbuh dari pengalaman hidup umat Tuhan yang nyata”
uangkapnya
Rikumahu katakan, alasan dilakukan riset hingga penerbitan
buku oleh Klasis Pualau Ambon dikarenakan banyak anggota jemaat yang terpenjara
dengan berita-berita yang membuat mereka ragu akan kebenaran Covid-19 itu
sendiri.
Keraguan itu kata Rikumahu, nampak dalam tindakan beberapa
kasus, diantaranya perampasan jenazah yang terkonfirmasi positif Covid-19 di
RSUD Haulusy, kemudian menolak untuk ditraking, dan lainya. Dan itu terjadi
dikalangan warga jemaat GPM di Klasis Pulau Ambon. Karena itu untuk menemukan
presfektif yang baik guna membenahi cara pandang jemaat, maka tidak bisa hanya sebatas
menggunakan berita-berita media sosial atau media masa sebagai alat klarifikasi
dijemaat.
“Kita harus menggunakan data-data kita sendiri dan data-data
itu hanya bisa dilakukan melalui riset. Sehingga riset mulai dilakukan. November
2021 samapai awal Januari 2021 riset dilakukan dan setelah data-datanya
diperoleh baru dilanjutkan dengan penulisan buku.” Tutur Rikumahu
Ketua Klasis Pulau Ambon itu menyadari sungguh hasil karya dari Remaja dan Balitbang di kalsis Pulau Ambon itu belum sempurna, sehingga masih dibutuhkan berbagai masukan guna memperbaiki hasil karya itu kedepan. Namun diyakini kedua buku tersebut dapat menjadi dasar guna mencari dan menemukan serta mengembangkan pandangan-pandangan hidup jemaat secara grejawi di Pulau Ambon.
“Ini penting, sebab pandemic Covid-19 telah mengubah cara hidup
manusia secara menyeluruh di dunia. Dan kita sedang hidup didalam perubahan
seperti itu. “ Ungkap Rikumahu
Secara internal di Klasis Pulau Ambon, hasil riset yang
dilakukan oleh Balitbang telah memberikan banyak masukan bagi Klasis Pulau Ambon
untuk segera memperbaharui atau mengubah strategi pelayanan gereja di klasis. Tantangan-tantangan
yang ditemukan itu sangat praktis. Mungkin kecil dan nyaris hilang dari
pandangan mata. Tetapi hal tersebut telah mengubah cara hidup banyak orang.
“Kita temukan misalnya diantara perubahan yang terjadi salah
satunya yaitu peran ganda perempuan bagi ibu didalam rumah, yang oleh Ibu
Pendeta Nensi Souisa, mengatakan bahwa “Ibu-ibu tidak lagi menjadi ibu kandung
bagi anaknya tetapi sudah menjadi ibu guru bagi anaknya”. Tutur Rikumahu
Dijelaskan, dari hasil riset juga terdapat domistikasi
pekerjaan yang terjadi didalam keluarga, diantaranya, laki-laki yang awalnya berurusan
dengan hal-hal yang berlangsung diruang publik, kini harus berperan didalam
rumah dan sebaliknya perempuan-perempuan yang bekerja secara domistik didalam
rumah telah keluar berperan membantu keluarganya untuk berjuang didalam
kehidupan keluarga mereka.
“Ini penggalan-penggalan pengalaman yang kita temui saat
melakukan riset sejak bulan November sampai awal Januari 2021.” Jelasnya
Kata Rikumahu, dari hasil riset itu menunjukan pandemic Covid-19 memang merupakan musuh yang tidak terlihat secara kasat mata, akan tetapi bukan berarti musuh yang tidak terkalahkan. Sehingga gereja harus mempunyai cara untuk mengalahkan atau melawannya dan cara yang ditawarkan yaitu memperbaiki lagi kehidupan spiritualitasnya, sehingga protocol kesehatan yang ditetapkan pemerintah sudah harus diboboti dengan nilai-nilai etika Kristen.
“Hari ini mencuci tangan bukan sekedar membersihkan tangan
dari virus, tetapi membersihakan tangan dari praktek korupsi, kekerasan dalam
rumah tangga, pengrusakan lingkungan. Menggunakan masker bukan sekedar agar
tidak keluar droplet, tetapi jemaat dilatih untuk berbicara irit kata, berhenti
berbicara bohong (HOAX), ujaran-ujaran kebencian. Kemudian menjaga jarak fisik
tidak sekedar agar kita terhindar dari penularan tapi agar kita tetap punya
daya kritis dengan orang-orang yang terdekat sekalipun, bisa menasihati mereka,
bisa doakan mereka, bisa menolong mereka.” Jelasnya
Rikumahu berharap, melalui buku yang telah diterbitkan itu,
warga jemaat di Klasis Pulau Ambon ataupun klasis-klasis lainnya dapat
menyikapi serta menghadapi pandemic Covid-19 dengan iman kristiani serta
pendekatan Theologi. Hal ini dimaksudkan agar bukan sekedar mengalahkan Covid-19,
tetapi jemaat juga dapat menata kehidupan kristiani yang lebih baik.
Senada dengan Rikumahu, Ketua MPH Sinode GPM Pdt. Elifas
Maspaitella, M.Si, dalam sambutannya berharap agar karya-karya brilian dari anak-anak
remaja maupun anggota jemaat GPM tetap berlanjut dan akan terus dikembangkan
sehingga dapat melahirkan banyak buku bermutu yang ditulis sebagai respons iman
Jemaat GPM.
“Jadi kita belajar dari teologi kita, kita belajar dari cara
berpikir kita, kita belajar dari ungkapan-ungkapan ekspresi iman yang lahir
dari lingkungan kita sendiri, jadi tidak belajar dari orang lain, biarlah
oranglain belajar dari kita.” Ujar Maspaitella
Ketua MPH Sinode GPM itu juga berterima kasih kepada Klasis Pulau Ambon atas peluncuran dua buku tersebut, sembari menegaskan agar tradisi menulis harus dihidupkan disemua klasisi GPM untuk bagaimana terus melahirkan karya-karya yang baru dalam seluruh pengalaman melayani di jemaat.
Dia katakan, buku-buku yang ditulis itu betul-betul lahir
dari riset mendalam yang dikerjakan oleh orang-orang yang memang secara khusus
ahli dibidangnya, baik secara metodologi, secara theology dan telah menampung
respons iman umat secara khusus dimasa pandemi.
“Beberapa waktu yang lalu mungkin Indonesia di getarkan
dengan buku Teologi Bencana, saya yakin hari ini kita digetarkan dengan buku
Mozaik Pandemi Covid-19 hasil karya Klasis Pulau Ambon” Tandas Maspaitella
Getaran ini adalah sesuatu yang akan terus menginspirasi gereja
untuk benar-benar menghidupkan tradisi jemaatnya sebagai akademik, tradisi
intelektual didalam pola dan model-model bertheologi yang sudah mesti kita
kembangkan dari seluruh kekayaan teologi GPM.
“Saya tentu berharap ini akan menjadi bacaan wajib untuk
kita semua supaya kita mendapatkan model riset yang efektif, kita juga
mendapatkan pola analisis sederhana dalam memahami realitas yang sedang kita
hadapi secara bersama-sama.” ungkapnya
Akan tetapi, bagi Maspaitella, hal yang paling penting juga adalah gereja dapat mengenali respons iman umat dalam situasi pandemic agar dapat menuntun umat untuk menjadi masyarakat yang tangguh secara iman, secara ekonomi dan sosial ditengah-tengah situasi pandemic Covid-19.
Maspaitella dalam sambutannya juga menyampaikan, kedua buku
yang diluncurkan oleh Klasis Pulau Ambon itu merupakan kado yang luar biasa
bagi GPM di usia ke-86 Tahun dalam upaya menata langkah gereja kedepan guna peningkatan
kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang difokuskan kepada
anak-anak.
Sehingga gereja harus mengatur langkahnya, mengatur
rencananya secara matang supaya seluruh kekuatan sumber daya gereja itu bukan
hanya dapat dibentuk tetapi kelak benar-benar berguna bagi pengembangan
pelayanan gereja bagi hidup masyarakat yang lebih luas.
“Saya kira kita bisa bermimpi jika anak-anak remaja ini
terus kemudian dibimbing dan mengembangkan kapasitas kemampuan mereka.” tandas
Maspaitella.
Hadir sebagai pembedah dalam bincang buku GPM Klasis Pulau Ambon, Akademisi Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Pdt. Dr. John Ruhulessin, M.Si sekaligus Mantan Ketua Sinode GPM itu mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Klasis Pulau Ambon serta memberikan bobotan berupa masukan guna meperkaya riset dan penulisan buku oleh Klasis Pulau Ambon bahkan Sinode GPM secara umum.
Untuk diketahui, peluncuran buku “Remaja dan Covid-19” serta
“Mozaik Geliat Umat di Masa Pandemi” itu dihadiri oleh Rektor IAKN Ambon, Dekan
Fakultas Teologi UKIM, Ketua-ketua Klasis dalam lingkup Pulau Ambon, Ketua
Klasis Pulau Banda dan Ketua-Ketua Majelis Jemaat dalam Lingkup Kalsis Pulau
Ambon. (CL-02)
Tidak ada komentar