Siapkan Generasi Emas, BKKBN Maluku Gelar Sosialisasi
Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Promal Dra. Renta Rego |
Ambon, Cahayalensa.com - Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku menggelar kegiatan
Sosialisasi Media Penyiapan Generasi Emas di wilayah Stunting Kabupaten Maluku
Tengah, bertempat di Hotel Lelemuku Masohi, Jumat (5/10/2018).
Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Promal Dra. Renta Rego membuka dengan resmi kegiatan tersebut mengatakan, program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia agar menjadi modal pembangunan yang berdaya saing di era Bonus Demografi, Globalisasi, dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEE).
Anak sebagai tunas-tunas bangsa diharapkan menjadi anak-anak Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti, luhur, penerus cita-cita perjuangan bangsa. Untuk itulah, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak pada awal kehidupan menentukan kualitas kesehatan fisi dan mental, kemampuan belajar dan perilaku seorang manusia disepanjang hayatnya.
Menurutnya, untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, setiap anak membutuhkan: Gizi yang cukup dan seimbang, perawatan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan serta perlindungan terhadap bahaya-bahaya fisif dan penyakit; Orang dewasa yang mampu memberikan kasih sayang, perhatian, keamanan dan perlindungan serta memahami dan mampu merespon apa yang mereka butuhkan; Kesempatan dan lingkungan mendukung untuk mengembangkan ketrampilan, sensorik dan motorik, kemampuan intelektual, bahasa, berinteraksi dengan orang lain, bereksplorasi, mengeluarkan pendapat, memikul tanggung jawab, mengekspresikan apa yang dipikirkannya, kemandirian, dan sebaganya.
Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti jantung, hati dan ginjal.
Janin mempunyai plastisitas yang tinggi artinya, janin akan dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan tersebut menetap atau selesai kecuali beberapa fungsi yaitu perkembangan otak dan imunitas, yang berlanjut sampai beberapa tahun pertama kehidupan bayi.
Dikatakan, kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya.
Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi diekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak.
Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertesi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan berbagai resiko ikutanya pada usia dewasa.
Berbagai dampak dari kekurangan gizi ini meliputi kurang optimalnya kualitas manusia, baik diukur dari kemampuan mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, rendahnya daya saing yang semuanya bermuara pada menurunnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Salah satu masalah gizi yang ditemukan di Indonesia adalah Stunting, sekitar 8,8 juta anak Indonesia stunting (tubuh pendek). Angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen.
Untuk itu persoalan stunting menjadi perhatian untuk segera dituntaskan, tingginya prevelensi anak stunting telah memposisikan Indonesia ke dalam lima besar dunia masalah stunting.
Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Sensitif, yang salah satunya adalah memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua berupa memberikan informasi pengasuhan terkait 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) melalui kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), khususnya pada keluarga yang mempunyai anak dibawah dua tahun.(CL/**)
Tidak ada komentar