Pengalaman Mahasiswa Rayakan Thanksgiving di AS
Thanksgiving Day adalah salah satu perayaan tahunan paling berkesan bagi saya di Amerika selain perayaan Natal. Perayaan Thanksgiving pada awalnya merupakan perayaan ucapan syukur untuk hasil panen dan semua berkat yang diperoleh dalam keluarga. Bagi saya sendiri, Thanksgiving juga merupakan tanda saya diterima oleh teman-teman Amerika untuk menjadi bagian dari budaya hingga keluarga mereka.
Di Indonesia, kita juga memiliki perayaan ucapan serupa pada musim panen, misalnya di Maluku dikenal dengan budaya “Buka Sasi Lompa” (Memanen ikan) dengan mengadakan perayaan makan bersama (makan patita) di desa adat sekitar. Perbedaannya, Thanksgiving lebih bersifat keluarga dan di Indonesia kegiatannya bersifat komunal dengan masyarakat sekitar.
Thanksgiving selalu dirayakan pada hari kamis minggu keempat bulan November setiap tahun sehingga perayaan ini selalu bertepatan dengan berakhirnya musim gugur dan dimulainya musim dingin. Tentu saja bagi saya dan beberapa teman dari negara tropis seperti Indonesia, India, Thailand dan beberapa negara Asia lainnya. Thanksgiving memiliki kesan musim dingin namun hangat di hati. Dengan terlibat perayaan Thanksgiving, saya sebagai mahasiswa di tanah rantau dapat merasakan kehangatan kebersamaan dengan berkumpul dengan keluarga Amerika.
Pada hari Thanksgiving, kegiatan perkuliahan di Amerika diliburkan karena mereka memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat pulang dan berkumpul dengan keluarganya. Salah satu yang menarik dengan perayaan ini adalah saya dan suami saya yang menemani saya di Amerika mendapat banyak undangan dari beberapa keluarga yang adalah anggota di gereja kami.
Mereka begitu peduli dan ingin memastikan bahwa kami sebagai mahasiswa internasional dapat berkumpul bersama dengan keluarga di Amerika dan tidak merasa kami sendiri. Kami berdua sangat terharu karena kami disambut dengan penuh kasih di negeri Paman Sam.
Saya dan suami memutuskan merayakan Thanksgiving dengan teman dekat kami yang sudah seperti keluarga yaitu Bapak dan Ibu Sharon Kendall. Keluarga Kendall adalah keluarga Amerika; saya bertemu mereka melalui Friendship program dari kampus saya di Indiana University of Pennsylvania. Saya sangat bersyukur karena mereka memiliki latar belakang hidup di Indonesia selama 40 tahun sehingga mereka membantu saya dalam beradaptasi di Amerika. Mereka mengundang kami ke rumah anak mereka, Heather untuk perayaan Thanksgiving bersama.
Thanksgiving tahun 2017 adalah yang kedua kali buat saya bersama mereka namun kali ini lebih istimewa karena suami saya juga ikut dan dapat bertemu dengan nenek, bapak ibu Kendall beserta keluarga Heather. Menu yang disediakan disana seperti daging kalkun, saus cranberry, kentang tumbuk, pia labu, salad buah.. oh dan tentu ada masakan halal berupa ayam juga karena teman Fulbright saya, Vindi dan keluarganya yang adalah muslim turut menghadiri perayaan tersebut.
Setelah kami makan, kami pun bermain uno attack dan anak-anak menonton film kartun dengan tema Thanksgiving. Saya pribadi sangat senang karena hari ini menjadi hari libur otak bagi saya juga. Saya setidaknya mempunyai waktu sejenak meninggalkan kepenatan mengerjakan tugas akhir semester untuk progam Doktor Composition dan TESOL dan berkumpul bersama keluarga Amerika sambil bercanda tawa dan berbagi cerita tentang kehidupan.
Satu hal dari sekian banyak yang saya syukuri dalam menikmati Thanksgiving ini yaitu makna keluarga. Keluarga tidak selalu atas ikatan darah, namun keluarga diciptakan berdasarkan ikatan kasih bahkan untuk orang asing yang akhirnya menjadi teman bagi kita. Indiana, Pennsylvania, kota kecil yang sering dikenal sebagai kota sekolah memiliki banyak orang Amerika yang berhati tulus bukan hanya di kampus, di gereja bahkan tetangga yang menyapa, menanyakan kabar dan membangun persahabatan dengan kita.
Persahabatan yang menjadi salah satu hal yang paling saya syukuri sebagai aset mahasiswa internasional untuk dapat mengenali dan mempelajari budaya dan kehidupan mereka sebagai sesama manusia dan meninggalkan pikiran dangkal untuk mengkotak-kotakan sebuah bangsa atau budaya tertentu. Pada akhirnya, kita semua memiliki nilai yang sama, nilai kasih yang menumbuhkan perdamaian.
Penulis
Inggrit O. Tanasale, mahasiswa Fulbright program S3 di Indiana University of Pennsylvania dengan program studi Composition and TESOL, asal Maluku.
Di Indonesia, kita juga memiliki perayaan ucapan serupa pada musim panen, misalnya di Maluku dikenal dengan budaya “Buka Sasi Lompa” (Memanen ikan) dengan mengadakan perayaan makan bersama (makan patita) di desa adat sekitar. Perbedaannya, Thanksgiving lebih bersifat keluarga dan di Indonesia kegiatannya bersifat komunal dengan masyarakat sekitar.
Thanksgiving selalu dirayakan pada hari kamis minggu keempat bulan November setiap tahun sehingga perayaan ini selalu bertepatan dengan berakhirnya musim gugur dan dimulainya musim dingin. Tentu saja bagi saya dan beberapa teman dari negara tropis seperti Indonesia, India, Thailand dan beberapa negara Asia lainnya. Thanksgiving memiliki kesan musim dingin namun hangat di hati. Dengan terlibat perayaan Thanksgiving, saya sebagai mahasiswa di tanah rantau dapat merasakan kehangatan kebersamaan dengan berkumpul dengan keluarga Amerika.
Pada hari Thanksgiving, kegiatan perkuliahan di Amerika diliburkan karena mereka memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat pulang dan berkumpul dengan keluarganya. Salah satu yang menarik dengan perayaan ini adalah saya dan suami saya yang menemani saya di Amerika mendapat banyak undangan dari beberapa keluarga yang adalah anggota di gereja kami.
Mereka begitu peduli dan ingin memastikan bahwa kami sebagai mahasiswa internasional dapat berkumpul bersama dengan keluarga di Amerika dan tidak merasa kami sendiri. Kami berdua sangat terharu karena kami disambut dengan penuh kasih di negeri Paman Sam.
Saya dan suami memutuskan merayakan Thanksgiving dengan teman dekat kami yang sudah seperti keluarga yaitu Bapak dan Ibu Sharon Kendall. Keluarga Kendall adalah keluarga Amerika; saya bertemu mereka melalui Friendship program dari kampus saya di Indiana University of Pennsylvania. Saya sangat bersyukur karena mereka memiliki latar belakang hidup di Indonesia selama 40 tahun sehingga mereka membantu saya dalam beradaptasi di Amerika. Mereka mengundang kami ke rumah anak mereka, Heather untuk perayaan Thanksgiving bersama.
Thanksgiving tahun 2017 adalah yang kedua kali buat saya bersama mereka namun kali ini lebih istimewa karena suami saya juga ikut dan dapat bertemu dengan nenek, bapak ibu Kendall beserta keluarga Heather. Menu yang disediakan disana seperti daging kalkun, saus cranberry, kentang tumbuk, pia labu, salad buah.. oh dan tentu ada masakan halal berupa ayam juga karena teman Fulbright saya, Vindi dan keluarganya yang adalah muslim turut menghadiri perayaan tersebut.
Setelah kami makan, kami pun bermain uno attack dan anak-anak menonton film kartun dengan tema Thanksgiving. Saya pribadi sangat senang karena hari ini menjadi hari libur otak bagi saya juga. Saya setidaknya mempunyai waktu sejenak meninggalkan kepenatan mengerjakan tugas akhir semester untuk progam Doktor Composition dan TESOL dan berkumpul bersama keluarga Amerika sambil bercanda tawa dan berbagi cerita tentang kehidupan.
Satu hal dari sekian banyak yang saya syukuri dalam menikmati Thanksgiving ini yaitu makna keluarga. Keluarga tidak selalu atas ikatan darah, namun keluarga diciptakan berdasarkan ikatan kasih bahkan untuk orang asing yang akhirnya menjadi teman bagi kita. Indiana, Pennsylvania, kota kecil yang sering dikenal sebagai kota sekolah memiliki banyak orang Amerika yang berhati tulus bukan hanya di kampus, di gereja bahkan tetangga yang menyapa, menanyakan kabar dan membangun persahabatan dengan kita.
Persahabatan yang menjadi salah satu hal yang paling saya syukuri sebagai aset mahasiswa internasional untuk dapat mengenali dan mempelajari budaya dan kehidupan mereka sebagai sesama manusia dan meninggalkan pikiran dangkal untuk mengkotak-kotakan sebuah bangsa atau budaya tertentu. Pada akhirnya, kita semua memiliki nilai yang sama, nilai kasih yang menumbuhkan perdamaian.
Penulis
Inggrit O. Tanasale, mahasiswa Fulbright program S3 di Indiana University of Pennsylvania dengan program studi Composition and TESOL, asal Maluku.
Tidak ada komentar